Keluar dari Perusahaan IT, Pemuda Ini Bisnis Donat dan Punya 30 Gerai

Siapa sangka dari seorang karyawan perusahaan IT, seorang pemuda di Thailand berhasil membuat satu produk donat dengan merek Daddy Dough. Berawal dari dukungan sang Ayah, Peter Thaveepolcharoen mendirikan Daddy Dough 10 tahun yang lalu.

Dengan modal awal sekitar 5 juta bath pada saat itu, Daddy Dough memproduksi sekitar 300 donat per harinya. Saat ini Daddy Dough telah memiliki 30 outlet dan 12 franchise yang tersebar di seluruh Thailand, dengan jumlah pekerja lebih dari 150 orang.

Pada awalnya Ia bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah perusahaan softaware dan IT. Berkat dorongan dari sang ayah, Ia kemudian meninggalkan pekerja tersebut dan memulai usaha menjual donat dengan kualitas premium.

“Saya dulu seorang yang bekerja di perusahaan software IT. Ayah saya berkata bahwa bisnis donat bisa berkembang di Thailand. Saya putuskan untuk keluar dari pekerjaan saya dan membuat produk donat buatan saya sendiri. Saya ingin melihat apakah saya bisa bersaing dengan merk internasional. Itu tahun 2006. Saat itu saya baru satu tahun lulus dari sekolah,” kata Peter kepada detikFinance saat ditemui di acara 14th Franchise & License Expo Indonesia di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (2/9/2016).

Saat itu hanya ada dua merk donat terkenal yang sangat diminati di Thailand, yakni Mr. Doughnut dan Dunkin’ Donuts. Ini menjadi motivasi Peter untuk memulai usahanya. Sejak awal Ia menargetkan untuk membuka gerai donat yang lebih banyak sehingga bisa menyaingi kedua merk dunia tersebut.

“Saya sangat menyenangi pekerjaan saya ini. Saya berpikir saya akan kaya jika saya bisa membuat donat yang sama baiknya kualitasnya dengan merk internasional-internasional tadi. Saat itu Mr. Doughnut menjadi pesaing utama kami. Saya bilang saya akan buat kamu ingat produk ini,” ujar dia.

Kunci sukses dari Daddy Dough adalah kualitas dari resep donat yang dimilikinya. Peter mengatakan, tekstur donat yang lembut dan coklat Belgia yang menjadi topping nya menjadi andalan produk donat premium pertama dari Thailand ini. Selain itu, donat miliknya juga tidak menggunakan penggunaan lemak trans yang selama ini banyak digunakan oleh perusahaan makanan, sehingga menjadi donat enak dan sehat untuk dikonsumsi.

“Kami mengandalkan coklat belgia sebagai produk unggulan kami dan ada 40 varian donat yang kami miliki saat ini. Alasan kami bisa bertahan sampai saat ini adalah kualitas dari coklat yang kami miliki. Kami memiliki resep rahasia meramu coklat Belgia tersebut di donat-donat kami yang anda tidak bisa temukan di mana pun,” tutur dia.

“Ibu dan ayah saya mengarahkan saya untuk jadi seorang pengusaha sejak muda. Dan saya ingin mempunyai merk yang besar, mempunyai franchise di mana-mana. Saya tidak tahu betul sebenarnya bagaimana soal franchise waktu itu, tapi ketika saya mau mulai bisnis, saya lihat keluarga saya yang juga sukses dalam bisnis,” tambahnya.

Ia mengaku kesulitan pada awalnya adalah melakukan ekspansi, yang sejak awal menjadi tujuannya. Selain itu sulitnya mendapatkan tenaga kerja yang bisa diandalkan saat mereka ingin melakukan penambahan toko juga jadi hambatan pada saat itu.

“Semua orang bisa membuka satu toko. Saya tahu saya tidak akan bisa dapat pendapatan yang baik hanya dari satu toko. Singkat cerita kami akhirnya membuka 5 toko baru, dan tentunya membutuhkan tenaga kerja. Tapi tenaga kerja yang baik tidak didapat dengan mudah. Tapi kami terus berjalan dan berusaha sampai sekarang,” jelas dia.

“Pada awalnya sulit sekali mencari orang yang bisa dipekerjakan. Saya tidak punya pengalaman bagaimana orang yang harus saya pekerjakan. Tapi sekarang sudah lebih baik,” tandasnya.

40 Varian Donat

Saat ini Daddy Dough telah memiliki 40 varian donat dari sebelumnya sekitar 15 varian. Peter mengungkapkan, saat ini Daddy Dough tengah menjajaki suatu inovasi dengan menjual produk lain selain donat yang lebih bervariasi seperti pie dan croisant.

Peter mengungkapkan, penjualan donat Daddy Dough telah mengalami peningkatan pendapatan 10 hingga 15 kali lipat dari sejak awal berdiri hingga saat ini.

“Harga donat pertama kalinya yang kami jual 15 baht. Sekarang sudah 28 baht. Hampir dua kali lipat harganya. Kami juga sudah punya 30 toko sekarang,” jelas dia.

“10 tahun yang lalu kami jual 300 donat setiap harinya sekarang 15000 donat setiap harinya. Anda bisa hitung sendiri bagaimana prospek bisnis ini. Saya tahu orang-orang suka donat. Dan saya rasa bisnis donat juga bagus di Indonesia,” pungkasnya.

Awal perjalanan Daddy Dough sendiri berawal sejak 35 tahun yang lalu, saat itu Ayah Peter, Somchai Thaveepholcharoen membuka toko donat di Amerika, hingga akhirnya kembali ke Thailand dan memilih bisnis restoran untuk dijalankan.

Namun kemudian, Ia melihat peluang usaha bisnis donat saat itu di Thailand. Saat itu hanya ada dua merek donat yang disukai oleh orang-orang di Thailand, yaitu Mr. Doughnut dan Dunkin’ Donuts. Hal ini kemudian memacu semangat Somchai untuk mewariskan resep donat yang Ia miliki sewaktu di Amerika lalu kepada anak-anaknya. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi slogan dari Daddy Dough, the great taste to share.

sumber (http://finance.detik.com/peluang-usaha)

Admin Franchise

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *